PENGORBANAN TANPA MENGHARAPKAN BALASAN
Kemarau telah berlalu dan kini musim hujan pun menjelang. Daun daun mulai tumbuh dan pepohonan mulai menghijau setelah sekian lama meranggas. Seekor ulat merayap pelan di antara dedaunan. Tubuhnya bergoyang-goyang diterpa angin.
“Apa kabar daun hijau ?”, sapa ulat.
Tersentak, daun menoleh kearah ulat dan bertanya , “Oh, mengapa badanmu tampak kurus dan kecil begitu ? “
“Aku hampir tidak mendapatkan daun untuk makananku selama musim kemarau. Apakah kau mau membantu ku ? “ tanya ulat.
Jika daun memberikan sedikit saja tubuhnya untuk makanan si ulat, ia akan tetap hijau, tetapi akan tampak berlubang. Tak apalah, pikirnya. “Tentu, mendekatlah dan makanlah sebagian daunku sepuasmu.”
Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya mendekati daun. Setelah makan hingga kenyang, ulat berterima kasih. Seketika itu juga muncullah kepuasan daun. Sekali pun tubunhya kini berlubang, tetapi ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar. Selagi masih mampu membantu, ia akan melakukannya. Kelak, ketika daun kering dan gugur, daun menyadari ia sudah tidak mampu membantu si ulat.
Tidak lama kemudian ketika musim panas datang, daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia pun jatuh ketanah, satu persatu disapu orang dan dibakar. Daun hijau itu kini memang telah tiada dan menjadi abu, tetapi ia telah mempersembahkan sesuatu yang berarti bagi di ulat sebelum kering dan dibakar orang.
Apa yang bisa kita petik dari cerita daun dan ulat itu ? Apa yang berarti dalam hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama ? Daun rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak melupakan kepentingannya sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi orang lain memang tidak mudah, tetapi INDAH.
0 komentar:
Posting Komentar