Minggu, 16 Oktober 2011

Makanan sehari-hari pemicu KANKER !!

Seberapa tahukah Anda tentang kanker kolorektal? Istilah kanker kolorektal terkait dengan organ usus besar (kolon) dan usus pembuangan akhir (rektum). Kanker usus besar (kolon) dan usus pembuangan akhir memiliki banyak persamaan. Oleh sebab itu, seringkali secara bersama-sama disebut dengan kanker kolorektal.
Kanker ini merupakan jenis kanker terbesar ketiga dunia dari segi jumlah penderitanya. Kanker kolorektal juga merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, di mana faktor usia turut mempengaruhi. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 700 ribu orang meninggal akibat kanker kolorektal setiap tahunnya.

Biasanya, risiko menderita kolorektal ini meningkat tajam setelah usia 50-55 tahun. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari kanker ini adalah dengan pola makan sehat.
 


Spesialis Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Fiastuti Witjaksono menyatakan, faktor pencegahan memegang peran penting dalam pengendalikan kanker kolorektal. "Pencegahan akan lebih baik daripada mengobati," ungkapnya di Jakarta Rabu, (23/3/2011) lalu.

Menurutnya, salah satu pemicu utama terjadinya kanker kolorektal adalah kelebihan asupan makanan serta pola makan modern yang tinggi akan kadar lemak, garam, dan gula.

"Kolorektal erat kaitannya dengan makanan yang masuk dalam tubuh. Karena apa yang masuk akan melewati saluran pencernaan," jelasnya.

Setiap orang, jelas Fiastuti, memang memiliki kebutuhan yang berbeda. Namun pengaturan pola makan yang sehat perlu dilakukan untuk mencegah kanker yang mematikan ini. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari makanan berkolesterol tinggi seperti seafood (selain ikan), jerohan, dan kuning telur.
 

Selain pola makan tidak sehat, pemicu lainnya dari kanker kolorektal adalah minimnya asupan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. "Salah satu penyebab timbulnya penyakit keganasan adalah karena rendahnya asupan vitamin dan mineral," lanjut Fiastuti.

Deteksi dini
Dr. Paulus Simadibrata Sp PD  ahli gastrohepatologi menyatakan kebanyakan kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma), di mana pada stadium awal berbentuk polip (kutil).

Polip dapat diangkat dengan mudah namun seringkali tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker.
"Pendeteksian secara dini adalah salah satu cara pencegahan yang baik," ujar Dr. Paulus.

Perlu diketahui, kolorektal dapat menyebar keluar dari jaringan usus besar ke bagian tubuh lainnya dan dapat terjadi pada semua bagian usus besar.

Sejumlah faktor yang dapat memicu risiko kanker kolorektal, di antaranya adalah berat badan berlebih, konsumsi alkohol, konsumsi garam, kekurangan asam folat. Kanker ini juga dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali. Komposisi jumlah penderita pada pria dan wanita sama banyaknya.
Mengonsumsi soto babat, daging empal, atau jeroan tanpa disertai sayuran dan buah-buahan atau makanan berserat, tidak hanya sekedar membuat tubuh makin melar. Namun, hal itu juga bisa mengundang risiko mengidap kanker saluran cerna (kolorektal). 

Menurut data WHO, diperkirakan 700.00 ribu orang meninggal karena kanker kolorektal setiap tahunnya. Ini berarti 2.000 orang meninggal setiap harinya. Di Amerika dan Eropa, kanker kolorektal lebih banyak diderita orang lanjut usia. Di Indonesia, data terakhir menyebutkan 30% dari penduduk berusia di bawah 40 tahun terkena kanker kolorektal.
 

"Biasanya alasan pasien saat ditanya mengapa minim mengkonsumsi makanan berserat antara lain karena malas dan mahal," tukas Dr dr Andhika Rachman, SpPD, usai acara seminar Penatalaksanaan Kanker Kolorektal di Indonesia yang berlangsung di RS Kanker Dharmais, Jakarta.

Ia berpendapat, di kota besar yang membuat banyak orang sulit menyesuaikan gaya hidup sehat. Kurang berolahraga, sering mengonsumsi makanan cepat saji yang tidak mengandung serat, memiliki bobot tubuh berlebih (obesitas), dan kebiasaan merokok menjadi pemicu. Oleh karena itu, kanker jenis ini kini banyak menjangkit usia muda.

"Sebenarnya cara mencegah kanker jenis ini begitu mudah. Individu hanya perlu menjalani gaya hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat,  menjalani aktivitas sehat dan berpola pikir sehat," tukasnya.

Selain gaya hidup, paparnya, kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang paling dipengaruhi oleh lingkungan. Data tahun 2008 menyebutkan, 85% pasien kanker kolarektal di Indonesia ketika sehat dipengaruhi lingkungan untuk menjalani gaya hidup yang jauh dari sehat. "Harus diakui, godaan lingkungan sangat berat," ujarnya.

Kendati demikian, bukan berarti seseorang harus mengikuti lingkungan. Dengan hidup disiplin dan tahan terhadap beragam macam ajakan, individu tidak akan terjerumus dalam gaya hidup yang jauh dari kesan sehat.

Ketahui Gejalanya
Tingginya penderita kanker ditenggarai minimnya kesadaran individu melihat gejala-gejala awalnya. Memang harus diakui, ragam gejala yang ada mirip dengan gejala penyakit biasa. Pada kanker kolorektal misalnya, tanda-tanda itu bisa dilihat dari kebiasaan buang air besar yang tidak normal.

Ketika diare, sebagian dari anda mungkin melihat efek dari salah makan sehingga cukup diobati dengan obat pencahar saja. Begitu pula dengan feses yang berdarah, seringkali dianggap diare biasa atau infeksi biasa.

"Gejala-gejala kanker kolorektal pada stadium dini sering diabaikan. Sehingga bila si pasien sudah merasa sakit dan dibawa ke rumah sakit, kanker kolorektal sudah mencapai stadium lanjut yang sulit untuk disembuhkan," jelas dr. Andhika.

Kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang pada awalnya membentuk polip. Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah.
Namun, seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama, dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar.
Selain itu, gejala-gejala lainnya seperti pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air besar, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, rasa sakit di perut atau bagian belakang, perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar dan anermia serta tampak pucat.
"Sebaiknya Anda perhatikan kondisi feses setiap kali buang air besar, karena hal ini dapat mendeteksi dini adanya gejala kanker kolorektal," pungkasnya. (fn/km/rp) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More